Senin, 15 Desember 2008

DISPEPSIA

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan yaitu : Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data fokus yang berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu hati, mual kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut kembung, rasa panas di dada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung secar tiba-tiba). (Mansjoer A, 2000, Hal. 488). Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit diperut bagian atas yang dapat pula disertai dengan keluhan lain, perasaan panas di dada daerah jantung (heartburn), regurgitasi, kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan lainnya (Warpadji Sarwono, et all, 1996, hal. 26)

2. Dampak Dispepsia Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia

3. Diagnosa Keperawatan

Menurut Inayah (2004) bahwa diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada klien dengan dispepsia.

a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan, anoreksia.

c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual, muntah

d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya

4. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan adalah tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menngulangi masalah keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan.

a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.

Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri, dengan kriteria klien melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya ras nyeri

INTERVENSI

RASIONAL

1. Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0 – 10)

2. Berikan istirahat dengan posisi semifowler

3. Anjurkan klien untuk menghindari makanan yang dapat meningkatkan kerja asam lambung

4. Anjurkan klien untuk tetap mengatur waktu makannya

5. Observasi TTV tiap 24 jam

6. Diskusikan dan ajarkan teknik relaksasi

7. Kolaborasi dengan pemberian obat analgesik

1. Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan penyembuhan

2. Dengan posisi semi-fowler dapat menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi telentang

3. dapat menghilangkan nyeri akut/hebat dan menurunkan aktivitas peristaltik

4. mencegah terjadinya perih pada ulu hati/epigastrium

5. sebagai indikator untuk melanjutkan intervensi berikutnya

6. Mengurangi rasa nyeri atau dapat terkontrol

7. Menghilangkan rasa nyeri dan mempermudah kerjasama dengan intervensi terapi lain

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan, anoreksia.

Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan individu, dengan kriteria menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi

INTERVENSI

RASIONAL

1. Pantau dan dokumentasikan dan haluaran tiap jam secara adekuat

2. Timbang BB klien

3. Berikan makanan sedikit tapi sering

4. Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah atau diare.

5. Kaji pola diet klien yang disukai/tidak disukai.

6. Monitor intake dan output secara periodik.

7. Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan medikasi. Awasi frekuensi, volume, konsistensi Buang Air Besar (BAB).

1. Untuk mengidentifikasi indikasi/perkembangan dari hasil yang diharapkan

2. Membantu menentukan keseimbangan cairan yang tepat

3. meminimalkan anoreksia, dan mengurangi iritasi gaster

4. Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi yang tepat Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan penyembuhan

5. Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet klien.

6. Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan

7. Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi.

c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual, muntah

Tujuan : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan prilaku yang perlu untuk memperbaiki defisit cairan, dengan kriteria mempertahankan/menunjukkan perubaan keseimbangan cairan, dibuktikan stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.

INTERVENSI

RASIONAL

1. Awasi tekanan darah dan nadi, pengisian kapiler, status membran mukosa, turgor kulit

2. Awasi jumlah dan tipe masukan cairan, ukur haluaran urine dengan akurat

3. Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan laksatif/diuretik

4. Identifikasi rencana untuk meningkatkan/mempertahankan keseimbangan cairan optimal misalnya : jadwal masukan cairan

5. Berikan/awasi hiperalimentasi IV

1. Indikator keadekuatan volume sirkulasi perifer dan hidrasi seluler

2. Klien tidak mengkomsumsi cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasi atau mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit

3. Membantu klien menerima perasaan bahwa akibat muntah dan atau penggunaan laksatif/diuretik mencegah kehilangan cairan lanjut

4. Melibatkan klien dalam rencana untuk memperbaiki keseimbangan untuk berhasil

5. Tindakan daruat untuk memperbaiki ketidak seimbangan cairan elektroli

d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya

Tujuan : Mendemonstrasikan koping yang positif dan mengungkapkan penurunan kecemasan, dengan kriteria menyatakan pemahaman tentang penyakitnya.

INTERVENSI

RASIONAL

1. Kaji tingkat kecemasan

2. Berikan dorongan dan berikan waktu untuk mengungkapkan pikiran dan dengarkan semua keluhannya

3. Jelaskan semua prosedur dan pengobatan

4. Berikan dorongan spiritual

1. Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dirasakan oleh klien sehingga memudahkan dlam tindakan selanjutnya

2. Klien merasa ada yang memperhatikan sehingga klien merasa aman dalam segala hal tundakan yang diberikan

3. Klien memahami dan mengerti tentang prosedur sehingga mau bekejasama dalam perawatannya.

4. Bahwa segala tindakan yang diberikan untuk proses penyembuhan penyakitnya, masih ada yang berkuasa menyembuhkannya yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

5. Evaluasi

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan mencakup pencapaian terhadap tujuan apakah masalah teratasi atau tidak, dan apabila tidak berhasil perlu dikaji, direncanakan dan dilaksanakan dalam jangka waktu panjang dan pendek tergantung respon dalam keefektifan intervensi

Komplikasi dan pengobatan

Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun, dapat memicu adanya komplikasi yang tidak ringan. Salah satunya komplikasi Ulkus Peptikum, yaitu luka di dinding lambung yang dalam atau melebar, tergantung berapa lama lambung terpapar oleh asam lambung.

Bila keadaan Ulkus Peptikum ini terus terjadi, luka akan semakin dalam dan dapat menimbulkan komplikasi pendarahan saluran cerna yang ditandai dengan terjadinya muntah darah. Menurut Eliana, muntah darah ini sebenarnya pertanda yang timbul belakangan.

Awalnya penderita pasti akan mengalami buang air besar berwarna hitam terlebih dulu. "Itu artinya sudah ada perdarahan awal. Kalau muntah darah itu artinya sudah lebih lanjut lagi," katanya.

Tapi komplikasi yang paling dikuatirkan, tukas Eliana, adalah terjadinya kanker lambung yang mengharuskan penderitanya melakukan operasi. "Yang dioperasi bukan hanya daerah yang mengalami kanker, tapi juga jaringan sehat disekitarnya pun harus diambil juga," terangnya.

Pengambilan jaringan sehat ini, lanjutnya, dilakukan akibat dokter tidak tahu sudah sampai sejauhmana kanker menyebar ke daerah sekitar. "Jadi komplikasinya memang cukup luas dan cukup berbahaya, jika tidak diperhatikan dengan baik," tegas Eliana.

Tidak ada komentar: